Jurnal Ilmu dakwah
PERAN DAKWAH DIMASA COVID-19
SANIYA
OVIN NEHA (044)
MHU-B
UIN
WALISONGO
ABSTRAK
Tidak terasa, sudah hampir 7 bulan, pandemi
covid-19 telah menghiasi kehidupan kita. Berbagai macam adaptasi terus
dilakukan agar bisa survive. Mungkin tidak sedikit diantara masyarakat yang
sudah jenus, stress, dan tidak tahu lagi harus berbuat apa menghadapi pandemi
ini. Pasalnya, dari sisi angka kasus positif terus mengalami peningkatan. Dan
dampak yang dirasakan secara ekonomi juga terus meluas ke semua sektor.
Ironisnya, dalam kekhawatiran itu masih saja
ada pihak-pihak yang menebar provokasi di media sosial. Informasi bohong alias
hoaks juga masih terus bermunculan. Terkadang kita tidak habis pikir
sendiri.
Di awal pandemi misalnya, tenaga medis seperti
dokter dan perawat, justru mendapatkan diskriminasi karena dianggap pulang
membawa virus. Padahal, tidak sedikit masyarakat yang sok tahu dan merasa
sehat, justru yang membawa virus karena tidak jelas terpapar dari mana.
Di masa pandemi ini, banyak orang sehat tiba-tiba
positif. Banyak orang kaya menjadi menjadi miskin. Dan orang miskin semakin
miskin. Banyak orang yang awalnya punya pekerjaan, mendadak menjadi
pengangguran karena perusahaannya gulung tikar. Di masa pandemi ini, segalanya
bisa saja terjadi. Dan semuanya disebabkan oleh virus yang ukurannya lebih
kecil dari debu.
Dibalik kekhawatiran dan ketakutan, sebenarnya
banyak hal yang bisa kita jadikan pembelajaran di masa pandemi ini. Tidak hanya
belajar untuk bisa survive, tapi juga belajar untuk saling berbagi dengan
sesama.
Di masa pandemi ini kita juga diharapkan bisa
saling menguatkan satu dengan yang lainnya. Jika selama ini kita merasa paling
tahu, merasa paling benar, dengan adanya anjuran untuk mengenakan masker,
diharapkan bisa menjadi momentum untuk mengendalikan lisan. Tidak banyak
bicara, tapi langsung berbuat.
Di masa sekarang ini, banyak sekali orang
merasa benar dan cenderung menyalahkan orang lain. Perbedaan menjadi hal yang
wajib dipersoalkan. Padahal perbedaan sejatinya merupakan anugerah yang
diberikan Tuhan kepada semua umat di bumi ini.
Perbedaan justru memperkaya negeri ini.
Terbukti, keragaman yang membentang dari Aceh hingga Papua, bisa hidup
berdampingan dalam negara kesatuan republik Indonesia.
Sadar atau tidak, pandemi telah membuat kebuntuan
pikir ada dimana-mana. Banyak orang stress dan melakukan tindakan intoleran
tanpa harus berpikir panjang. Sementara media sosial seakan ikut menjadi
'kompor' yang siap menyebarkan provokasi demi provokasi.
Media mainstream seakan masih belum siap
menyikapi segala hal yang terjadi. Kesejukan yang diharapkan bisa muncul dalam
setiap informasi di media sosial dan media mainstream, seakan menjadi hal yang
sulit dinanti.
Karena itulah, mari kita terus perbanyak
pesan-pesan yang menyejukkan. Taburlah pesan kedamaian seperti manabur bibit
padi yang bisa bermanfaat bagi semua umat manusia. Jika kita menabar perilaku
baik, maka hal baiklah yang didapatkan.
Sebaliknya, jika menebar keburukan, maka hal
buruk lah yang akan didapatkan. Jangan hiasi pandemi ini dengan hal yang
provokatif dan saling menjelekkan satu dengan yang lain.
A.PENDAHULUAN
Mungkin sedikit yang tahu cerita tentang
Rasulullah yang pernah secara rutin menyuapi seorang pengemis buta yang punya
kepercayaan Yahudi yang selalu mengolok-olok sang Nabi saat mulai menyebarkan agama Islam, baik di Makkah maupun di Madinah.
Pengemis buta yang berkeyakinan Yahudi tersebut menyebut sang Nabi sebagai
pembohong, penipu dan lain sebagainya, namun Nabi Muhammad SAW dengan sabar
selalu menyuapinya sampai sang pengemis buta itu tutup usia.
Demikian cara Nabi untuk memberikan teladan
kepada orang yang percaya padanya maupun orang yang tak percaya bahkan yang
menghujat dia. Teladan Nabi itu adalah cara dakwah yang paling paripurna karena bisa
mengimplementasi kebaikan yang sering diucapkan oleh penyebar agama. Cara nabi
itu melebihi cara seorang da'i atau ulama yang berbusa-busa berkata tentang
kebaikan yang belum tentu bisa dijalani oleh ia sekalipun.
Pada masa kini ada banyak tantangan seorang
penceramah agama maupun umat itu sendiri. Kebanyakan dai atau penceramah agama
memang berkutat pada apa yang ditulis pada al-Quran dan hadist Nabi saja.
Sedangkan tantangan bagi umat adalah mendapatkan da'I yang mengajarkan ajaran
Islam dengan cara tepat sehingga bisa diimplementasikan sesuai dengan situasi
dan kondisi yang ada pada umat tersebut. Semisal Indonesia yang punya keberagaman ini tentu dakwah yang
disampaikan berbeda cara dengan dakwah yang berkembang di yordania atau timur
tengah.
Umumnya Dakwah Islamiyah yang dilakukan punya
beberapa karakter antara lain Rabbaniyah artinya dakwah yang bersumber dari
wayu Allah SWT, washatiyah yang
artinya di tengah-tengah atau tawazzun, ijabiyah artinya positif dalam
memandang alam, manusia dan kehidupan. Keempat adalah dakwah waqi'iyyah yang
artinya realistis memperlakukan individu dan masyarakat, kelima adalah dakwah
yang bersifat akhlaqiyyah yaitu sarat dengan nilai-nilai kebenaran , baik dalam
sarana maupun tujuannya.
Keenam adalah dakwah yang bersifat syumuliyah
yang artinya utuh dan menyeluruh. Alamiyah artinya bersifat mendunia atau global.
Sedangkan keempat adalah syuriyah yang artinya berpijak di atas prinsip
musyawarah dalam menentukan segala sesuatunya. Sedangkan dakwah kesembilan
adalah dakwah yang bersifat jihadiyah artinya terus memerangi siapa saja yang
menghalangi Islam dan mencegah tersebarnya dakwah dan bersungguh-sungguh dalam
melaksanakannya. Dan terakhir adalah dakwah salafiyah yang biasanya berdakwah
dengan konten yang berusaha menjaga orisinalitas dalam pemahaman aqidah.
Dari sepuluh karakter dakwah yang ada maka yang
paling cocok dengan Indonesia adalah dakwah yang bisa merangkul semua pihak
yang disampaikan dengan santun, yaitu dakwah washatiyah.
Dakwah washatiyah menjadi solusi dalam menjaga
keseimbangan dalam berbangsa dan bernegara di negara kita. Ia bisa berfungsi
menjadi jembatan dalam menyebarkan agama dan memelihara harmoni dengan pihak
lain.Dengan memakai dakwah ini insyaalah para dai akan mendapat hikmah dari
umat yang berlipat-lipat banyaknya.
B.PEMBAHASAN
1.
Kreativitas Dakwah di Masa Pandemi
Dakwah tidak pernah berhenti bagaimanapun
situasi dan kondisi. Dakwah adalah mengajak orang untuk tunduk dan patuh kepada
Allah dan rasul-Nya dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah. Perjalanan dakwah
sudah dimulai semenjak Allah menciptakan makhluk. Untuk itu dakwah merupakan
estafet dari rasul kerasul dan dari umat ke umat.
Meskipun dunia dilanda covid-19
yang berdampak kepada ekonomi,budaya,pendidikan dan dakwah,namun aktivitas
dakwah terus berlangsung meskipun tidak sekencang pra covid. Akan tetapi para ulama,da'i
dan mubalig tidak kehilangan akal untuk menjaga keberlangsungan dakwah
Islamiyyah.Hal itu dapat kita saksikan di media sosial dengan inovasi dan
kreativitas yang menarik. Sehingga umat tetap mendapatkan siraman rohani
meskipun tidak langsung.
Diantara inovasi dan kreativitas dakwah selama pandemi dimana orang
dibatasi beraktivitas, aktivis dakwah memanfaatkan situasi ini dengan membuat
program program dakwah yang beragam.
Pertama. Talkshow dakwah sebelum
dan selama ramadhan.Kegiatan ini menjamur di media sosial. Berbagai lembaga
maupun individual melakukan kegiatan ceramah dan tanya jawab dengan
pemirsa.Seorang da'i tampil ceramah baik live maupun rekaman dengan kajian yg
beragam.Ketika netizen membuka facebook, instagram dan wahatsapp akan
bermunculan ceramah pendek.Pemilihan latar pun beragam,ada yang berlatar alam
terbuka,ada juga dengan latar mimbar dan ada juga latar buku buku di rumah
maupun perpustakaan.
Selain ceramah aktivis dakwah mengemas kajian
dalam bentuk ceramah dengan dipandu seorang moderator lalu dibuka forum
interaktif dengan pemirsa. Ada juga kegiatan kajian keislaman dan ceramah
ramadhan tanpa jamaah. Selama ramadhan dengan tidak dibukanya shalat tarawih
otomatis para ustad dan penceramah tidak berceramah dihadapan jamaah shalat
tarawih dan subuh. Namun yang namanya dakwah tetap berjalan.
Di sebagian daerah para mubalig yang awalnya
sudah dijadwalkan oleh takmir masjid memberikan ceramah selama ramadhan diganti
dengan ceramah di masjidctersebut meskipun jamaah tidak hadir.Pemda setempat
memfasilitasi honorarium namun si penceramah tetap datang ke mesjid memberikan
ceramah agar masyarakat sekitar masjid tetap mendapatkan kajian. Para ustad
yang berceramah dalam masjid tidak kalah semangatnya meskipun dihadapannya
tidak seorangpun jamaah.
Kedua. Kegiatan tahsin
Al-Quran.Kegiatan ini tergolong baru di sosmed. Namun cukup diminati juga oleh
kalangan tertentu. Tahsin dilaksanakan malam hari selesai isya.Lumayan banyak
juga yang bergabung dengan kegiatan tahsin secara virtual ini.selama 4 hari
dalam seminggu menyimak,membimbing bacaan Al-Quran dari mahahasiswa,pelajar dan
umum. Ternyata animo masyarakat untuk belajar Al-Quran masih tinggi.
Ketiga.Musabaqah tilawatil
Quran.Selama ramadhan ini banyak kegiatan MTQ dilaksanakan baik tingkat
kota,kabupaten bahkan tingkat nasional.Terkadang MTQ ini dilaksanakan melalui
video call dan zoom.
2.
Dakwah
dan Tantangan Merawat Kerukunan Dunia Maya
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar
di dunia, dakwah memang
menjadi hal yang lumrah. Bahkan, dakwah sudah menjadi bagian dari budaya negeri
ini. Ketika Islam masuk ke tanah Jawa, juga dilakukan dengan cara
berdakwah.
Namun, caranya sangatlah santun. Wali Songo
ketika itu banyak mengadopsi budaya-budaya lokal, sehingga masyarakat pun bisa
menerima Islam dengan terbuka.Dalam perjalanannya, cara-cara dakwah berkembang
menyesuaikan zamannya. Munculnya pesantren, membuat dakwah banyak dilakukan di
pesantren. Di luar itu, seringkali dilakukan di tempat ibadah, ruang terbuka,
gedung, dan lain sebagainya.
Namun, di era sekarang, dakwah sudah tidak
perlu lagi dilakukan dengan cara door to door, atau dari satu tempat ke tempat
yang lain. Di era milenial ini, dakwah bisa dilakukan secara virtual.Dakwah
virtual ini, banyak yang menyambut positif. Apalagi di masa pandemi seperti
sekarang ini, tentu saja sangat dibutuhkan karena adanya pembatasan sosial
berskala besar.
Dengan bermodal gadget dan jaringan internet,
kita bisa mendengarkan dakwah siapa saja tanpa harus datang ke tempat dakwah.
Namun, dakwah virtual ini dalam perjalanannya, juga dimanfaatkan oleh kelompok
intoleran untuk menyebarkan propaganda radikalisme. Akibatnya, tidak
sedikit dari masyarakat yang terpapar paham radikalisme melalui dunia maya.
Karena provokasi itulah kemudian memunculkan tindakan intoleran.
Dakwah pada dasarnya bertujuan untuk memberikan
tuntunan. Namun praktek berdakwah di dunia nyata, juga mendapatkan tantangan.
Ada saja orang yang tidak suka, yang kemudian menyakiti si pemberi
dakwah.
Beberapa waktu lalu, Syekh Ali Jaber ditusuk
oleh orang tak di kenal ketika berdakwah di Lampung. Di dunia maya, tidak ada
insiden penusukan, namun ada juga dakwah yang disusupi pesan kebencian dan
provokasi. Dua hal yang berbeda, namun keduanya merupakan bentuk bahwa dalam
berdakwah, banyak tantangan yang masih harus dihadapi.
Dakwah harus menyejukkan. Dakwah harus
menyatukan dan menjaga kerukunan. Jika kita
berbeda pandangan dengan materi dakwah yang disampaikan, lebih baik disampaikan
secara santun.
Jika kita tidak suka dengan orang yang memberi
dakwah, lebih baik ditahan, tidak perlu dilampiaskan dalam perilaku dan ucapan
yang provokatif. Jika kita tidak sepaham, jangan merasa paling benar. Karena
kebenaran itu sejatinya hanyalah milih yang menciptakan bumi dan seisinya. Mari
saling introspeksi.
Introspeksi sangat diperlukan. Mari terus
menebar kebaikan. Indonesia adalah negara yang damai, yang tidak mempunyai
bibit permusuhan. Nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar negara, merupakan
nilai yang lahir dari budaya Indonesia. Karena itulah, mari kembali pada
kearifan lokal yang mungkin bagi sebagian orang telah ditinggalkan.
Mari kita ingatkan yang salah dengan cara-cara dakwah yang sejuk. Dakwah tidak boleh dengan
marah-marah, tidak boleh dengan menjelekkan. Dakwah harus bisa melihat sebuah
persoalan secara utuh. Dakwah juga harus bisa menjelaskan ayat berdasarkan
konteksnya.
Mari kita jaga kerukunan negeri ini. Dakwah secara nyata ataupun maya,
juga masih bisa memicu terjadi perilaku intoleran. Menjadi tugas kita selaku
generasi penerus bangsa, untuk tetap menjaga Indonesia dari bibit perpecahan.
Salam damai.
3.
Pentingnya
Dakwah Berkonteks
Dakwah dalam agama Islam hal yang penting. Dia adalah pengejewantahan
ajaran agama dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dakwah biasanya dilakukan
secara teratur oleh sekelompok masyarakat dengan tujuan sebagai pengajaran yang
dapat mempengaruhi rasa, pikir, sikap dan tindakan masyarakat. Rasa, sikap dan tindakan
ini berlaku pada ranah individual dan sosio cultural untuk mewujudkan ajaran
Islam dalam semua segi kehidupan.
Tugas dakwah ini memang memancarkan apa yang
dilakukan Nabi Muhammad setelah beliau mendapat petunjuk soal Islam. Saat itu
dia menyebarkan agama Islam dalam hal ini berdakwah ke bannyak orang dengan
bermacam strata dan bermacam kelas sosial yang bertujuan untuk memperingatkan
dan memangggil manusia ke jalan yang benar.
Dalam al-Qur'an Surat an- Nahl ([19]:125)
dijelaskan cara-cara berdakwah yaitu : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk
Surat di atas ingin membawa kita pada
bagaiamana dimensi pemaknaan dakwah mengarah ke konsep praktis yang
meliputi tabligh keagamaan dan propaganda politik. Dakwah juga bisa dimaknai
sebagai jihad secara politik kepada masyarakat.
Penceramah agama atau sering disebut sebagai
da'i memegang peran penting dalam proses dakwah ini, karena kegiatan dakwah,
apapun tujuan dan fungsinya, sangat tergantung padanya sebagai menyampai ajaran
Islam. Karena da'i, melakukan tafsiran terhadap al-Qur'an ; apakah sebatas teks
atau konteks. Karena jika sebatas teks maka tafsiran dan pemaknaannya akan jauh
berbeda dengan konteks. Karena teks cenderung kaku sedang jika berkonteks maka
kita akan melihat dimensi lebih luas dan memperhatikan juga latar belakang
tempat kita tumbuh.
Indonesia butuh pendakwah yang punya tafsiran
yang berkonteks karena Indonesia punya keragaman budaya serta agama yang berbeda dengan negara-negara
timur tengah dimana Islam berasal. Keragaman ini membutuhkan rasa saling
menghargai dan menghormati yang terangkum dalam dasar negara yang bernama Pancasila. Pancasila telah melalui proses yang
sangat panjang dan terbukti elastic dalam menghubungkan banyak keragaman di
Indonesia.
Karena mengajarkan rasa menghormati dan
menghargai, maka hal itu sejalan dengan surat an-Nahl di atas yang menekankan
penyampaian ajaran (islam) harus dengan berhikmah dan kalaupun terjadi
perbantahan maka harus dilakukan dengan cara yang baik.
Dengan begitu kita dapat menyesuaikan
kewajiban berdakwah dengan situasi negara kita yang berbineka ini. Dakwah
yang berkonteks dan da'i yang moderat menjadi kebutuhan kita bersama saat ini.
4.
Perkuat
Dakwah Kebhinekaan di Era Digital
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan
suku, budaya, agama dan bahasa yang sangat tinggi. Hal ini tentu sangat berbeda
dengan negara-negara lain. Kekayaan Indonesia tentu saja bukan karena keinginan
para pendahulu, seseorang atau kelompok manapun. Keragaman ini merupakan
anugerah yang didapatkan dari Tuhan YME.
Keragaman ini hampir terjadi di semua daerah di
Indonesia. Meski tiap daerah punya adat istiadat sendiri, masyarakat pendatang
tetap bisa saling menghormati. Di Bali misalnya, meski jutaan orang berdatangan
dari berbagai negara, adat istiadatnya masih tetap terjaga. Mereka bisa hidup
berdampingan dalam keragaman. Begitu juga dengan di Yogyakarta, yang merupakan
kota pelajar. Di Jakarta, keragaman masyarakatnya juga terlihat. Orang dari
daerah mana saja, berkumpul di kota ini untuk mencari penghidupan.
Intinya, keberagaman merupakan hal yang tak
bisa dilepaskan dari masyarakat Indonesia. Karena itulah, setiap orang harus
bisa saling menghargai, memahami dan menghormati satu dengan yang lainnya.
Keragaman ini jangan dianggap sebagai hal yang harus diperdebatkan. Jika kita
melihat informasi yang bertebaran di dunia maya, terkadang membuat kita miris.
Banyak orang yang merasa paling tahu segalanya, lalu menyebarluaskan informasi
yang salah tersebut ke publik secara virtual.
Ironisnya, orang yang sok tahu tersebut hampir
ada di semua elemen masyarakat. Dari tokoh masyarakat, tokoh politik, bahkan
ada juga tokoh yang merasa pahama agama, tapi justru perilakunya sering
mengkafirkan orang lain karena dianggap salah, sesat dan sebagainya. Perilaku
semacam ini semestinya tidak disebarluaskan melalui ceramah, dakwah, atau postingan lain di media sosial. Perilaku
secama ini semestinya tidak terjadi. Kenapa? Karena Indonesia pada dasarnya
beragam.
Keberagaman inilah yang harus terus dipelihara.
Mari perkuat ceramah dan dakwah kebhinekaan, agar persatuan dan kesatuan negeri ini tetap terjaga. Ingat,
literasi masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya bagus. Banyak masyarakat
yang mudah terprovokasi, oleh informasi-informasi yang menyesatkan.
Mari kita belajar dari kasus pembakaran tempat
ibadah di Tanjung Balai beberapa tahun lalu. Mari kita belajar dari pilkada DKI
Jakarta, yang setiap hari penuh dengan provokasi SARA. Ingat, kita bukanlah
pribadi provokatif. Kita adalah pribadi yang toleran dan mengedepankan gotong
royong.
Karena itulah, mari jaga lisan kita dan
perilaku kita masing-masing. Jangan biarkan lisan dan perilaku ini justru bisa
menghancurkan negeri yang kaya ini.
Perjuangan untuk mendapatkan kemerdekaan
Indonesia, bukanlah perkara mudah. Setelah 350 tahun hidup dalam penjajahan,
para pendahulu kita rela mengorbankan nyawanya untuk bisa menyatukan
keberagaman ini melalui negara kesatuan republik Indonesia. Sekarang, menjadi
tugas kita bersama untuk tetap menjaga keberagaman ini, agar anak cucu kita
bisa tahu betapa kayanya Indonesia. Salam damai dan salam literasi.
5.
Dakwah
Virtual Harus Diimbangi Literasi Digital
Era digital merupakan tanda kemajuan zaman. Era
digital membuat segalanya semakin mudah dan efisien. Jika dulu untuk
mendapatkan buku yang diinginkan, harus mencari dari satu toko ke toko yang
lain. Untuk mendapatkan informasi tentang lowongan pekerjaan, harus membeli
Koran, atau dari relasi teman, saudara atau tetangga. Untuk memesan tiket
pesawat, kereta, hotel dan lain sebagainya harus datang ke lokasi. Kini berkat
kecanggihan teknologi, semuanya serba dimudahkan.
Berkat kemudahan itulah, banyak aktifitas di
dunia nyata lari ke dunia maya. Tak terkecuali aktifitas dakwah, yang biasa
dilakukan dengan cara mengumpulkan orang di sebuah ruangan atau tempat ibadah,
kini bisa dilakukan melalui telepon genggamnya masing-masing. Banyak masyarakat
yang belajar agama melalui handphone, melalui ceramah-ceramah secara virtual.
Sayangnya, tidak sedikit ceramah yang
berkembang secara virtual, justru tidak seperti yang diharapkan. Banyak pelaku
terorisme mengaku mengenal radikalisme dari internet, melalui ceramah-ceramah
di media sosial. Apalagi di era milenial seperti sekarang ini, informasi bohong
atau hoaks juga masif terjadi. Banyak masyarakat yang bersumbu pendek,
mempunyai aktifitas menyebar informasi tanpa melakukan cek ricek terlebih dulu.
Yang perlu dikhawatirkan adalah jika hoaks
tersebut dianggap sebagai kebenaran, lantaran diucapkan oleh tokoh politik,
tokoh masyarakat, ataupun tokoh agama. Banyak contoh yang bisa kita jadikan
pembelajaran. Para tokoh tidak sedikit yang menjadi korban hoaks. Lalu
disebarluaskan melalui ceramah secara virtual. Akibatnya, kebohongan itu
dianggap sebagai sebuah informasi yang valid. Kondisi inilah yang berbahaya.
Apalagi jika disusupi pesan kebencian dan provokasi, akan memicu terjadinya
konflik di tengah masyarakat.
Propaganda radikalisme saat ini masih terus
menyebar. Paham negative itu masih terus disebarkan oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab. Dan ironisnya, kita terkadang begitu saja mudah
mempercayainya. Apalagi jika ada singgungan ayat-ayat agama. Padahal, semuanya
itu merupakan bagian dari upaya membelokkan fakta dan arti yang sesungguhnya.
Istilah jihad misalnya. Berkembang dengan banyak macam versi, tergantung
disebarkan oleh kelompok apa. Jihad ada yang dimaknai berjuang di jalan Allah,
bekerja mencari nafkah, bahkan ada juga perilaku teror dengan bom bunuh diri
juga dimaknai sebagai jihad. Pembelokan tersebut berpotensi terjadi melalui
ceramah secara virtual.
Karena itulah, penguatan literasi tetap
diperlukan untuk melawan informasi yang menyesatkan. Tanamkan dalam diri kita
untuk tidak mudah percaya pada siapapun. Cek ricek setiap informasi. Cari
pembanding informasi dari sumber yang valid, agar kita bisa mendapatkan informasi
secara utuh. Dakwah digital harus diimbangi dengan literasi digital. Salam
literasi.
6.
Dakwah
Virtual Harus Tetap Menyatukan Keberagaman
Perkembangan teknologi telah merubah segalanya.
Segala aktifitas yang terjadi di dunia nyata, hampir semuanya bisa dilakukan di
dunia maya. Tak terkecuali aktifitas dakwah atau ceramah yang umumnya dilakukan di tempat
ibadah. Banyak sekali ceramah yang mulai dilakukan secara virtual. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini,
aktifitas secara virtual memang sangat membantu karena adanya pembatasan sosial
berskala besar (PSBB).
Namun dibalik kemudahan virtual tersebut, tetap
harus diwaspadai. Karena informasi bohong atau hoaks juga masih ramai di dunia
maya. Provokasi yang mengatasnamakan apapun juga masih sering terjadi. Jangan
sampai, aktifitas ibadah seperti dakwah atau ceramah disusupi oleh oknum-oknum
tertentu untuk menyebarkan pesan intoleransi, pesan kebencian, pesan
radikalisme dan segala macamnya.
Jauh sebelum terjadinya pandemi, praktek
ceramah yang disusupi oleh oknum tertentu ini memang pernah terjadi. Sebut saja
ketika deklarasi ISIS di Jakarta beberapa tahun lalu, dilakukan di salah satu
masjid di Jakarta.. Kini, praktek semacam ini juga mulai marak di temukan di
media sosial. Banyak orang yang mengklaim dirinya paham agama, namun sejatinya
ceramah yang dimunculkan seringkali berisi ujaran kebencian kepada orang lain.
Padahal, dalam Islam atau agama yang lain,
tidak pernah ada satupun yang mengajarkan kebencian. Juga tidak pernah ada yang
mengajarkan untuk menyebarkan provokasi. Semua agama mengajarkan perdamaian.
Karena itulah, mari kita terus menyebarkan pesan damai melalui ceramah atau
dakwah di media sosial. Jangan hanya mengejar popularitas, konten ceramah
menjadi tidak diperhatikan.
Indonesia adalah negara dengan tingkat
keragaman yang sangat tinggi. Keberagaman itu harus terus dipupuk dan dijaga, melalui
ceramah-ceramah yang menyatukan. Jangan lagi ada ceramah yang penuh provokasi,
yang bisa mencerai beraikan keberagaman yang ada. Ruang pubilk seperti media
sosial harus dimanfaatkan mengisi pesan-pesan positif, inspiratif, dan
menyejukkan.
Ketika Islam pertama kali masuk ke tanah Jawa,
wali songo juga melakukan dakwah dengan cara-cara yang santun. Bahkan, para
wali juga mengadopsi budaya lokal, agar Islam bisa diterima dengan mudah. Dan
terbukti, masyarakat yang ketika itu sudah memeluk Hindu, Budha dan masih ada
yang menganut aliran kepercayaan, banyak yang menerima Islam. Sampai akhirnya
agama Islam berkembang di seluruh Indonesia. Dan Indonesia dikenali sebagai
negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Mari kita lihat ceramah Soekarno. Mari kita
juga dengar orasi bung Tomo. Mari kita dengarkan ceramah Gus Dur, Cak Nun, dan
masih banyak lagi yang bisa kita jadikan pembelajaran. Ceramah para tokoh
bangsa tersebut tidak ada satupun yang menjelekkan, menyudutkan, apalagi
memecah belah. Mari kita jaga keragaman yang merupakan anugerah di Tuhan. Dan
mari jaga lisan kita, untuk terus mengucapkan pesan-pesan yang menyejukkan.
Salam damai.
7.
Metode
Dakwah Da'i di Kalangan Desa
Metode dakwah adalah jalan atau cara yang di
pakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran dakwah islam. Metode dakwah yang
digunakan para da’i berbeda-beda tergantung dari situasi dan kondisi para mad’u
yang menjadi sasaran dakwahnya para da’i.
Metode yang digunakan biasanya beragam, karena
tidak bisa dengan satu metode pendekatan saja khususnya dikalangan masyarakat
desa. Masyarakat perkotaan memiliki karakteryang berbeda dengan masyarakat di
desa.
Pertama, masyarakat kota lebih banyak
menggunakan fasilitas-fasilitas yang lebih modern. Kedua, masyarakat kota
memliki etos kerja yang tinggi. Ketiga, dalam berkomunikasi masyarakat kota
memakai bahasa yang lebih menasional. Keempat, masarakat kota memiliki
pengetahuan dan berwawasan luas. Kelima, masyarakat kota sangat heterogen
terlihat dari bagaimana mereka melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi.
Sehingga cara penyampaian dakwahnya pun harus
lebih intelektual. Berbeda dengan masyarakat kalangan menengah kebawah
(masyarakat awam), cara penyampaian dakwahnya dilakukan dengan disisipkan
guyonan (bersifat humoris), nada dan dakwah dari seorang da’i, sehingga mereka
merasa nyaman dan tertarik akan isi dakwah tersebut. Keberhasilan dakwah
sendiri tidak terlepas dari keberhasilan da’i pertama yaitu Rasulullah SAW dalam
menyampaikan risalahnya.
Dalam berdakwah Rasulullah menggunakan teknik,
cara, metode, serta pendekatan-pendekatan yang efektif dan efesien. Hal ini
sejalan dengan teknik, cara, metode, atau pendekatan lebih penting dari materi
itu sendiri.
Dalam dakwah meskipun yang disampaikan hanya
satu ayat tetapi melalui pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan kondisi mad’u
maka dakwah akan berjalan dengan baik dan berhasil.
Hal ini mengisyaratkan materi bukanlah
segala-galanya bagi seorang da’i. Sejatinya persyaratan utama dan pertama bagi
seorang da’i adalah kesedian untuk berjuang, ketulusan, berbakti, dan ketepatan
metode serta pendekatan dalam menjabarkan pesan-pesan Ilahi dalam realitas
sosial.
Metode dakwah merupakan salah satu unsur
pendukung dalam proses penyampaian dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i
kepada mad’unya, di mana dalam hal ini diterapkan dalam salah satu pengajian.
8.
Pentingnya
Pendidikan dan Dakwah Keagamaan bagi Anak di Tengah Pandemi Covid-19
Pada Era Globalisasi saat ini kemajuan teknologi
dan Ilmu Pengetahuan semangkin berkembang, termasuk pada dunia pendidikan.
Dimana pendidikan merupakan salah satu pondasi dalam kemajuan suatu bangsa,
semangkin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa maka
akan diikuti dengan semangkin baiknya kualitas bangsa tersebut.
Di Indonesia sendiri pendidikan sangat
diutamakan, karena pedidikan memiliki peranan yang sangat penting terhadap
terwujudnya peradaban suatu bangsa, untuk itu strategi yang paling utama untuk
membangun bangsa yang bermartabat adalah melalui pendidikan, tidak hanya sampai
di situ saja untuk mencapai hal tersebut diperlukan pembentukan pandangan hidup
pada masyarakat yang nantinya dapat mengarahkan nya menjadi bangsa yang
bermartabat.
Begitu pentingnya pendidikan, sehingga tujuan
pendidikan telah diatur dengan jelas dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional, yakni No 20 Tahun 2003 pasal 3, Tujuan Pendidikan Nasional adalah
"Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab".
Ditengah penyebaran wabah covid-19 yang masih
menjadi kekhawatiran dunia sampai saat ini, tentunya memiliki dampak yang
sangat besar disetiap lini dan diberbagai sektor yang ada termasuk pada dunia
pendidikan. Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah untuk memutus mata
rantai penyebaran wabah covid-19 ini yaitu dengan tetap stay at home, mulai
dari bekerja dari rumah, beribadah di rumah dan belajar dari rumah. Sejak
mewabah nya covid-19 pada awal maret ditanah air, sejumlah sekolah maupun
perguruan tinggi terpaksa ditutup dan mengubah metode belajar menjadi daring.
Hal ini jelas menimbulkan sejumlah dampak, baik positif maupun negatif untuk
peserta didik dan tenaga pengajar.
Salah satu dampak yang paling terlihat atas
perubahan dunia pendidikan ditengah pandemi Covid-19 adalah keefektifan proses
belajar mengajar. Dimana, tidak semua peserta didik mampu beradaptasi dengan
metode pendidikan yang baru ini, terlebih pada jenjang sekolah dasar (SD).
Anak-anak yang berada pada jenjang pendidikan
ini sangat rentan dalam hal tidak mendapatkan materi belajar yang merata,
apabila tidak adanya kerjasama yang baik antara guru maupun pihak orang tua
murid itu sendiri. sebagaimana telah dijelaskan bahwa madrasah pertama seorang
anak dalam menuntut ilmu dimulai dari keluarganya. Dikatakan pertama karena
memang anak mendapatkan pendidikan pertama kali dilingkungan keluarga yakni
orang tua, ayah dan ibunya. Sementara, dikatakan utama karena yang paling utama
mendidik anak adalah orang tuanya.
Pendidikan yang ditanamkan kepada anak-anak
sebagai mana dikatakan oleh Ulwan (1981) adalah pendidikan keimanan, pendidikan
akhlak/moral, pendidikan intelektual, pendidikan jasmani, pendidikan sosial dan
kepribadian. Semua itu merupakan tanggung jawab orang tua sebagai guru bagi
anak-anak mereka. Akan tetapi, dari hal itu semua, pendidikan yang paling
pertama adalah pendidikan keimanan dan ketaqwaan kepada allah atau pendidikan
agama. Karena pendidikan agama berperan besar dalam membentuk pandangan hidup
seseorang.
Dengan adanya kebijakan stay at home yang
diambil oleh pemerintah dalam rangka memutus mata rantai penularan Covid-19 ini
membuat semua kegiatan atau aktfitas sehari-hari terpaksa harus dilakukan dari
rumah mulai dari bekerja, ibadah, dan belajar dirumah. sehingga mengharuskan
anak-anak usia sekolah belajar di rumah, tanpa disadari hal ini secara
langsung mengembalikan tugas dan tanggung jawab orang tua dalam melakukan
pendidikan bagi anak-anaknya.
Selama berada dirumah orang tua memilki peran
yang sangat penting tidak hanya membantu anak-anaknya dalam proses belajar
mengajar tetapi juga berperan dalam menyebarkan pemahaman tentang pendidikan
dakwah keagamaan. Dalam dunia keislaman, dakwah memiliki arti yaitu mengajak
atau menyeru kepada hal yang mengarahkan kepada kebaikan dan mencegah dari
kemungkaran untuk memperoleh kebahagian didunia dan kesejahteraan diakhirat.
Maka dari itu, urgensi pendidikan serta
pendidikan keagamaan islam pada generasi muda perlu ditanamkan sejak usia dini
untuk mewujudkan cita-cita masyarakat islam yang sesuai dengan perintah Allah
SWT, dan membangun karakter atau akhlakul karimah sebagai bekal menuju jalan
yang telah disiapkan oleh Allah SWT untuk setiap hambanya yang mau semangat
belajar dan ikhlas sesuai ajaran agama islam.
9.
Dakwah
dan Komunikasi di Masa Pandemi
Banyak perubahan yang kita rasakan semenjak
adanya virus corona yang menyerang dunia, mulai dari beraktifitas seperti
bekerja dan sekolah, seperti sekolah yang harus di lakukan di rumah saja demi
memutus rantai penularan virus corona.
Setelah kurang lebih 7 bulan virus corona menyerang Negara kita,
pemerintah menerapkan sistem baru yaitu New Normal maksudnya masyarakat boleh
melakukan kegiatan di luar rumah asalkan mematuhi protocol kesehatan yang
dibuat guna untuk mengurangi rantai penularan virus corona ini, tetapi
sebaiknya kita tetap dirumah saja kecuali benar-benar perlu untuk keluar rumah.
Tentu kebijakan ini dibuat agar masyarakat bisa
kembali melakukan kegiatan normal seperti biasanya , tetapi bukan berarti kita
sudah bebas dari sosial distancing dan physical distancing (jaga jarak sosial),
untuk kebaikan kita semua hindari kontak fisik dengan orang-orang disekitar
kita apalagi tidak kenal dan ikuti protocol kesehatan yang dibuat pemerintah
yaitu pakai masker,cuci tangan dan selalu jaga jarak agar tetap aman.
Kebijakan ini juga berdampak kepada cara
berdakwah dan berkomunikasi, di dalam islam berdakwah dan berkomunikasi biasanya
disampaikan melalui tabligh akbar, tetapi dakwah melalui tabligh akbar saat ini pasti
mengumpulkan banyak orang sehingga di hindari terlebih dahulu karena masih dalam
keadaan pandemic. hal ini tentunya bukan menjadi penghalang untuk berdakwah dan
berkomunikasi, di era digital sekarang ini, kita bisa berdakwah dan
berkomunikasi dengan media sosial seperti di instagram,facebook dan youtube.
Tetapi dakwah dengan metode ini juga memiliki
problematika diantaranya para pendai/ustadz/ustadzah yang minim menggunakan
media sosial sehingga tidak terlalu memahami caranya, tentunya demi melancarkan
metode dakwah di media sosial ini para pendai/ustadz/ustadzah setidaknya harus
memahami dan mengerti teknologi informasi yang berkembang di era milineal saat
ini, Misalnya, pelatihan untuk membuat film-film pendek yang bersifat dakwah.
karena, ini bisa menarik kalangan milenial untuk menandingi konten-konten yang
kurang positif, tentunya hal ini dilakukan demi menciptakan masyarakat Islam
yang indah, damai, dan tidak saling memusuhi.
Dakwah degan metode di media sosial ini
merupakan inovasi dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, ketika pemerintah
mengeluarkan instruksi agar masyarakat untuk menghindari keramaian dengan tetap
di rumah.
Memanfaatkan media sosial sebagai alat
penyebaran dakwah dan berkomunikasi secara daring mampu menjangkau seluruh
lapisan masyarakat Muslim yang haus siraman rohani. Artinya, tanpa bertatap
muka secara langsung, substansi dakwah dapat tersampaikan secara baik.
Selain itu dengan adanya metode dakwah di media
sosial ini kita sebagai pendengar tentunya bisa mendengarkan ceramah dimanapun dan kapanpun kita mau.Semoga
pandemic ini lekas berakhir dan kita bisa melakukan aktifitas normal seperti
biasanya..
10. Penggunaan Media Dakwah Selama Masa Pandemi
Covid-19
Media massa adalah alat-alat yang digunakan
untuk menyampaikan, isi/pesan dakwah kepada Mad'u . Pada zaman modren
sekarang ini, media dakwah sudah seperti televise, video, kaset rekaman,
majalah dan surat kabar.
Media dakwah media dakwah diambil dijadikan
patokan yang awalnya yaitu tu salah satu contoh media yang dilakukan Nabi
Sulaiman Alaihissalam berdakwah kepada Ratu Balqis melalui Burung Hud Hud yang
membawa surat ajakan beriman iman kepada Allah.
Berdasarkan kisah di atas menjelaskan bahwa
pesan dakwah dapat disampaikan melalui perantara atau media dan peranan media
menjadi penting ing untuk menyampaikan dakwah dengan seluas-luasnya jangkauan
pesan yang diinginkan media sendiri berkembang pesat seiring dengan
berkembangnya zaman semakin baik media cetak media audio media audio visual
media internet, maka menjadi kesempatan bagi para Dai untuk menyebarluaskan kan
dakwahnya. Namun tidak semudah itu bedak Wah melalui media karena memiliki
tantangan dan melihat situasi kondisi keadaan media yang yang lebih efektif
digunakan seperti contoh pada masa covid 19 pemerintah anjurkan tidak berkumpul
kumpul karena akan mempermudah perluasan virus Corona maka dakwah metode
yang dilakukan biar biasanya dengan cara ceramah ah di masjid it majelis ke
ruangan pertemuanlapangan menjadi terhambat maka metode dakwah yang
dilakukan kan berubah menjadi metode pengajaran dengan menggunakan media
yang efektif, media itu? maka media yang paling tepat, yaitu:
Media Internet
Media internet terletak pertama Karena paling
banyak digunakan oleh para Dai dan madu seperti aplikasi YouTube, Google met
Zoom dan aplikasi lainnya dan yang kedua yaitu media audio visual Seperti
televisi dan ketiga yaitu audio seperti radio.Nah kita akan membahas
media-media yang disebutkan di atas Seperti apakah media-media tersebut
1. Media Cetak
a. Surat
Surat dapat dikatakan sebagai media dakwah karena berisi pesan-pesan yang dapat kita
sampaikan kepada madu, nggak mandi zaman sekarang surat Sudah jarang
dipakai sebagai media dakwah karena banyak surat digital yang mudah dipakai dan
efisien. dalam sejarahnya surat dipakai sebagai media dakwah dicontoh oleh Nabi
Sulaiman Alaihissalam di Palestina yang mengirim pesan kepada Ratu Balqis
di kerajaan Saba Yaman Burung Hud Hud yang mana isi pesannya nya mengajak
Ratu Balqis beriman kepada Allah dan juga Nabi Muhammad Saw. juga berdakwah
melalui surat sebagai medianya. Sejarah mencatat bahwa nabi pernah mengirim
surat kepada beberapa kepala negara, yaitu Heraclius sebagai Kepala Negeri Rum,
Abruwaiz bin Hurmuzan bin Anu Syirwan sebagai Raja Parsi, Mauqauqis sebagai
Raja Mesir dan Iskandariyah serta kepada Raja Najasyi.
B.
Brosur dan Buletin
Brosur dan buletin berbeda waktu percetakan
tapi bentuknya hampir sama seperti brosur yang tidak diterbitkan secara berkala
melainkan sesuai dengan keperluan sedangkan buletin biasanya diterbitkan secara
berkala yaitu mingguan dua mingguan dan bulanan titik Keduanya dapat dijadikan
media dakwah yang efektif dan efisien karena buletin dapat dibuat dalam bentuk
dan format yang paling sederhana yaitu satu lembar kertas dan dicetak secara
timbal balik atau dirata menjadi 4 halaman berbagai Isu aktual serta pemecahan
dapat disajikan melalui buletin Browser dan buletin dapat ditemukan toko buku
majalah kantor instansi masjid dan lain-lain.
C. Surat
Kabar
Fungsi pertama dan utama dari surat kabar
adalah menyiarkan informasi. Melalui surat kabar orang juga dapat memperoleh
gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan,sarana pendidikan. Surat
kabar ikut memuat dan mempublikan tulisan-tulisan yang bernuansa ilmu pengetahuan,
hal ini dapat dijumpai dalam artikel opini dan artikel keagamaan.
Selain itu, surat kabar juga menghibur para
pembaca, ia dapat menjadikawan dikala duka dan kesepian cerita pendek, cerita
bersambung, cerita bergambar, karikatur, teka-teki silang dan pojok.
Bagi dai atau mahasiswa Muslim harus
memanfaatkan surat kabar dalam fungsi mendidik masyarakat. Karena pendidikan
merupakan bagian dari dakwah. Memanfaatkan surat kabar sebagai media dakwah
antara lain dengan cara menulis artikel, baik artikel yang bernuansa keagamaan
maupun opini.
2. Media Audio
Media audio adalah media yang hanya dapat
didengar Pesan-pesan dakwah dan tidak dapat dilihat. Media audio dipandang
cukup efektif, terutama untuk kepentingan dakwah Islam apalagi di tengah
pandemi virus covid-19 ini, masyarkat pada tinggal dirumah dan Butuh
hiburan karena protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah dan
aturan dilarang keluar rumah yang tidak penting maka radio menjadi
salah satu hiburan . Jenis-jenis audio dalam media ini antara lain radio,
tape recoder. di zaman yang serba canggih ini keberadaan radio masih sangat
diminati oleh masyarakat, terutama di perkotaan. padahal radio menjadi di
media yang yang efektif dan efisien untuk menyampaikan dakwah namun
kekurangannya yaitu hanya jangkauan frekuensi sinyal radio yang yang
dipancarkan terbatas.
3. Media Audio Visual
Media ini lebih banyak daya tariknya karena
memiliki dua dimensi,atu dapat didengar suaranya dan sekaligus dapat dilihat
gambarnya. Media ini sering disebut sebagai media elektronik. Jenis yang
termasuk dalammedia ini ancara lain televisi (TV), film dan video kaset.
Televisi secara harfiah berasal dari kata tele
yang berarti jauh dan vision yaitu pandangan jadi diartikan melihat
sesuatu.Media televisi sudah demikian besar daya tariknya sebagai pihak
penyelenggara siaran maupun sebagai penikmat snaran Begini besamya daya tarik
media karena televisi mampu menyajnkan informasi secara audio visual, yaitu
suara dan gambar sekaligus dengan program yang bervariatif. Keunggulan tersebut
membuat masyarakat menghabiskan waktunya di depan televisi. Oleh sebab itu,
televisi sangat strategis dijadikan sebagai media dakwah. Jika dakwah dapat memanfaatkan media ini dengan
efektif, maka otomatis jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan keagamaan
ditimbulkan akan lebih mendalam. Program-program dakwah yang hendaknya
mengenai sasaran objek dakwah yang heterogen.
4. Media Internet
Di era teknologi informasi saat ini peranan
media dan sosial media dalam dakwah sangat penting dilakukan masjid di internet
juga internet sudah banyak dikenal masyarakat khususnya perkotaan karena
informasi yang didapatkan mudah diakses melalui Handphone komputer dan
sebagainya kebutuhan masyarakat lain bukan informasikan internet di dapatkan
tanpa harus terikat ruang dan waktu Salah satu fasilitas internet yang dapat
dijadikan sebagai media dakwah seperti blok email Facebook Twitter Instagram
YouTube dan lain-lain.
Pertimbangan utama untuk menjadikan Facebook
sebagai media berkaitan erat dengan posisi Facebook itu sendiri sebagai
jaringan sosial yang terkemuka manfaatkan kan nya sebagai media dakwah tentunya
juga merupakan bagian dari proses budaya dakwah dengan mempertimbangkan posisi dan
kecenderungan budaya masyarakat titik masing-masing media mempunyai sisi-sisi
kelebihan dan kekurangan sebagai fasilitas yang mendorong manusia untuk
berkomunikasi dapat disebabkan pertumbuhan dakwah di dalamnya untuk itu
pengguna layanan internet haruslah bijak dalam menerima informasi.
C.
SIMPULAN
Kemajuan teknologi mengakibatkan model dakwah
semakin bekembang pesat dan dinamis. Tidak bisa dipungkiri bahwa konten-konten
berbau radikalisme, ekstrimisme sangat cepat menyebar dan mampu masuk ke semua
lini.
Menurut Yusuf Qardhawani
esensi dakwah adalah bermakna membangun gerakan yang akna membawa manusia ke
jalan Islam meliputi aqidah dan syariah, dunia dan negra, mental dan kekuatan
fisik, perdaban dan umat, kebudayaan dan politik serta jihad menegakkannya di
kalangan umat Islam sendiri, agar terjadi sinkronisasi antara realitas
kehidupan muslim dengan aqidahnya.
Era telah berubah. Zaman
terus bergerak. Model masyarakat mencari informasi juga telah berganti. Jika
dulu masyarakat rela berhari-hari berjalan kaki menuju tempat pengajian dan
yang diisi oleh ustadz kondang, kini mereka tidak perlu repot dan capek. Cukup
menggunakan handphone, seseorang akan mendapatkan model pengajian yang
diinginkan.
Kecanggihan teknologi informasi telah mengubah
cara masyarakat memperoleh wawasan, termasuk pemahaman bidang agama. Banyak
website yang menyajikan berita tentang keislaman dan bahkan menyediakan forum
Tanya jawab agama. Namun, seiring dengan kemudahan itu muncul berbagai masalah.
Salah satunya adalah persoalan pendangkalan dan radikalisme agama.
Kasus yang banyak menjadi topik penelitian
misalnya, banyak teroris mendapatkan pemahaman mengenai agama dan tindak
kejahatan melalui internet. Oleh karena itu, dakwah humanis perlu masuk ke
wilayah digital. Dakwah tidak cukup dengan mengembangkan kajian di masjid.
Namun, perlu masuk dan memberi warna sekaligus memengaruhi perilaku masyarakat.
Dakwah digital menjadi tantangan sekaligus
peluang. Artinya, model dakwah ini perlu membaca dan memahami kecenderungan
keberagamaan generasi. Pasalnya, setiap generasi memiliki corak keberagamaan
yang unik.
Generasi milenial yang lekat
dengan internet tentu berbeda dengan zaman generasi X dan Y. Model keberagamaan
yang berbeda membutuhkan alat dakwah yang berbeda.
Dakwah model lama dengan bertemu dalam
lingkungan terbatas akan tergeser oleh model dakwah digital. Dakwah digital
yaitu model pengajaran Islam melalui media. Model dakwah ini dapat diakses
kapan saja dan di mana saja. Hal itu sesuai dengan karakteristik masyarakat
milenial yang sangat akrab dengan gawai (gadget). Mereka mengakses internet
hampir setiap saat. Lebih dari lima jam sehari mereka mengakses situs-situs dan
menggunakan media sosial berjejaring (grup media sosial). Medsos kini pun menjadi
rujukan utama masyarakat milenial. Mereka mencari jawaban-jawaban persoalan
hidup dan keagamaan dari situs dan media sosial yang ramai dibanjiri
kajiankajian keagamaan.
Pencarian melalui media sosial seringkali
kering dalam spiritual. Pasalnya, media sosial seringkali
"mengecilkan" peran keagamaan. Simplifikasi itu yang kemudian
menjadikan masyarakat mudah terprovokasi. Mudahnya masyarakat mendapat jawaban
singkat dan seringkali tidak kuat basis "dalil"-nya menjadikan mereka
mudah terserang virus hoaks. Hoaks keagamaan pun seakan menjadi keniscayaan di
tengah masyarakat yang kering spiritualitas saat ini.
Diera Digitalisasi saat ini
harus kita manfaatkan aacara baik dengan membuat konten konten dakwah yang
bermanfaat.
DAFTAR
PUSTAKA
Kusnawan. Aep, Ilmu Dakwah,2004,
Bandung: Pustaka Bani Quraisy
EnjangAS, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah,2009,
Jakarta:Widya Padjadjaran
Aliyudin, Dasar- Dasar Ilmu Dakwah,
2099, Jakarta : Widya Padjadjaran
Amin.Samsul Munir, Ilmu dakwah, 2009,
Jakarta: Sinar Grafika Offset
Aripudin Acep, Dakwah Antarbudaya,2012,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Ahmad amin, ilmu dakwah. Jakarta:1994.
Hlm.13-20
H. Munzier Suparta, metode
dakwah.(Bandung:CV.Pustaka Islamiyah 2008) hlm.143
Harun Ali Aziz, metode dakwah.hlm.65
Drs. Samsul Munir, M.A.
Ilmu Dakwah. Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2009
A.Hsjmy Dustur Dakwah
Menurut Al-quran, ibid hal. 4
Asmuni syukir,
Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Al-iklas, Surabaya, hal. 198
Drs. Abd. Rosyad Shaleh. Manajemen Dakwah
Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1977
Drs Agus Wahyu Triatmo, Mag, dkk, Dakwah Islam
Antara Normatif dan Kontektual, Semarang: Fakda IAIN Walisongo, 2001
Prof. Dr. H.M. Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah,
Jakarta: Kencana, 2006
Komentar
Posting Komentar