Jurnal Ilmu dakwah

 

PERAN DAKWAH DIMASA COVID-19

SANIYA OVIN NEHA (044)

MHU-B

UIN WALISONGO

ABSTRAK

Tidak terasa, sudah hampir 7 bulan, pandemi covid-19 telah menghiasi kehidupan kita. Berbagai macam adaptasi terus dilakukan agar bisa survive. Mungkin tidak sedikit diantara masyarakat yang sudah jenus, stress, dan tidak tahu lagi harus berbuat apa menghadapi pandemi ini. Pasalnya, dari sisi angka kasus positif terus mengalami peningkatan. Dan dampak yang dirasakan secara ekonomi juga terus meluas ke semua sektor.

Ironisnya, dalam kekhawatiran itu masih saja ada pihak-pihak yang menebar provokasi di media sosial. Informasi bohong alias hoaks juga masih terus bermunculan. Terkadang kita tidak habis pikir sendiri. 

Di awal pandemi misalnya, tenaga medis seperti dokter dan perawat, justru mendapatkan diskriminasi karena dianggap pulang membawa virus. Padahal, tidak sedikit masyarakat yang sok tahu dan merasa sehat, justru yang membawa virus karena tidak jelas terpapar dari mana.

Di masa pandemi ini, banyak orang sehat tiba-tiba positif. Banyak orang kaya menjadi menjadi miskin. Dan orang miskin semakin miskin. Banyak orang yang awalnya punya pekerjaan, mendadak menjadi pengangguran karena perusahaannya gulung tikar. Di masa pandemi ini, segalanya bisa saja terjadi. Dan semuanya disebabkan oleh virus yang ukurannya lebih kecil dari debu.

Dibalik kekhawatiran dan ketakutan, sebenarnya banyak hal yang bisa kita jadikan pembelajaran di masa pandemi ini. Tidak hanya belajar untuk bisa survive, tapi juga belajar untuk saling berbagi dengan sesama.

Di masa pandemi ini kita juga diharapkan bisa saling menguatkan satu dengan yang lainnya. Jika selama ini kita merasa paling tahu, merasa paling benar, dengan adanya anjuran untuk mengenakan masker, diharapkan bisa menjadi momentum untuk mengendalikan lisan. Tidak banyak bicara, tapi langsung berbuat.

Di masa sekarang ini, banyak sekali orang merasa benar dan cenderung menyalahkan orang lain. Perbedaan menjadi hal yang wajib dipersoalkan. Padahal perbedaan sejatinya merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada semua umat di bumi ini. 

Perbedaan justru memperkaya negeri ini. Terbukti, keragaman yang membentang dari Aceh hingga Papua, bisa hidup berdampingan dalam negara kesatuan republik Indonesia.

Sadar atau tidak, pandemi telah membuat kebuntuan pikir ada dimana-mana. Banyak orang stress dan melakukan tindakan intoleran tanpa harus berpikir panjang. Sementara media sosial seakan ikut menjadi 'kompor' yang siap menyebarkan provokasi demi provokasi. 

Media mainstream seakan masih belum siap menyikapi segala hal yang terjadi. Kesejukan yang diharapkan bisa muncul dalam setiap informasi di media sosial dan media mainstream, seakan menjadi hal yang sulit dinanti.

Karena itulah, mari kita terus perbanyak pesan-pesan yang menyejukkan. Taburlah pesan kedamaian seperti manabur bibit padi yang bisa bermanfaat bagi semua umat manusia. Jika kita menabar perilaku baik, maka hal baiklah yang didapatkan. 

Sebaliknya, jika menebar keburukan, maka hal buruk lah yang akan didapatkan. Jangan hiasi pandemi ini dengan hal yang provokatif dan saling menjelekkan satu dengan yang lain.

A.PENDAHULUAN

Mungkin sedikit yang tahu cerita tentang Rasulullah yang pernah secara rutin menyuapi seorang pengemis buta yang punya kepercayaan Yahudi yang selalu mengolok-olok sang Nabi saat mulai menyebarkan agama Islam, baik di Makkah maupun di  Madinah. Pengemis buta yang berkeyakinan Yahudi tersebut menyebut sang Nabi sebagai pembohong, penipu dan lain sebagainya, namun Nabi Muhammad SAW dengan sabar selalu menyuapinya sampai sang pengemis buta itu tutup usia. 

Demikian cara Nabi untuk memberikan teladan kepada orang yang percaya padanya maupun orang yang tak percaya bahkan yang menghujat dia. Teladan Nabi itu adalah cara dakwah yang paling paripurna karena bisa mengimplementasi kebaikan yang sering diucapkan oleh penyebar agama. Cara nabi itu melebihi cara seorang da'i atau ulama yang berbusa-busa berkata tentang kebaikan yang belum tentu bisa dijalani oleh ia sekalipun.

Pada masa kini ada banyak tantangan seorang penceramah agama maupun umat itu sendiri. Kebanyakan dai atau penceramah agama memang berkutat pada apa yang ditulis pada al-Quran dan hadist Nabi saja. Sedangkan tantangan bagi umat adalah mendapatkan da'I yang mengajarkan ajaran Islam dengan cara tepat sehingga bisa diimplementasikan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada umat tersebut. Semisal Indonesia yang punya keberagaman ini tentu dakwah yang disampaikan berbeda cara dengan dakwah yang berkembang di yordania atau timur tengah.

Umumnya Dakwah Islamiyah yang dilakukan punya beberapa karakter antara lain Rabbaniyah artinya dakwah yang bersumber dari wayu Allah SWT, washatiyah yang artinya di tengah-tengah atau tawazzun, ijabiyah artinya positif dalam memandang alam, manusia dan kehidupan. Keempat adalah dakwah waqi'iyyah yang artinya realistis memperlakukan individu dan masyarakat, kelima adalah dakwah yang bersifat akhlaqiyyah yaitu sarat dengan nilai-nilai kebenaran , baik dalam sarana maupun tujuannya.

Keenam adalah dakwah yang bersifat syumuliyah yang artinya utuh dan menyeluruh. Alamiyah artinya bersifat mendunia atau global. Sedangkan keempat adalah syuriyah yang artinya berpijak di atas prinsip musyawarah dalam menentukan segala sesuatunya. Sedangkan dakwah kesembilan adalah dakwah yang bersifat jihadiyah artinya terus memerangi siapa saja yang menghalangi Islam dan mencegah tersebarnya dakwah dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya. Dan terakhir adalah dakwah salafiyah yang biasanya berdakwah dengan konten yang berusaha menjaga orisinalitas dalam pemahaman aqidah.

Dari sepuluh karakter dakwah yang ada maka yang paling cocok dengan Indonesia adalah dakwah yang bisa merangkul semua pihak yang disampaikan dengan santun, yaitu  dakwah washatiyah.

Dakwah washatiyah menjadi solusi dalam menjaga keseimbangan dalam berbangsa dan bernegara di negara kita. Ia bisa berfungsi menjadi jembatan dalam menyebarkan agama dan memelihara harmoni dengan pihak lain.Dengan memakai dakwah ini insyaalah para dai akan mendapat hikmah dari umat yang berlipat-lipat banyaknya.

 

B.PEMBAHASAN

1.     Kreativitas Dakwah di Masa Pandemi

Dakwah tidak pernah berhenti bagaimanapun situasi dan kondisi. Dakwah adalah mengajak orang untuk tunduk dan patuh kepada Allah dan rasul-Nya dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah. Perjalanan dakwah sudah dimulai semenjak Allah menciptakan makhluk. Untuk itu dakwah merupakan estafet dari rasul kerasul dan dari umat ke umat.

       Meskipun dunia dilanda covid-19 yang berdampak kepada ekonomi,budaya,pendidikan dan dakwah,namun aktivitas dakwah terus berlangsung meskipun tidak sekencang pra covid. Akan tetapi para ulama,da'i dan mubalig tidak kehilangan akal untuk menjaga keberlangsungan dakwah Islamiyyah.Hal itu dapat kita saksikan di media sosial dengan inovasi dan kreativitas yang menarik. Sehingga umat tetap mendapatkan siraman rohani meskipun tidak langsung.

        Diantara inovasi dan kreativitas dakwah selama pandemi dimana orang dibatasi beraktivitas, aktivis dakwah memanfaatkan situasi ini dengan membuat program program dakwah yang beragam.

         Pertama. Talkshow dakwah sebelum dan selama ramadhan.Kegiatan ini menjamur di media sosial. Berbagai lembaga maupun individual melakukan kegiatan ceramah dan tanya jawab dengan pemirsa.Seorang da'i tampil ceramah baik live maupun rekaman dengan kajian yg beragam.Ketika netizen membuka facebook, instagram dan wahatsapp akan bermunculan ceramah pendek.Pemilihan latar pun beragam,ada yang berlatar alam terbuka,ada juga dengan latar mimbar dan ada juga latar buku buku di rumah maupun perpustakaan. 

Selain ceramah aktivis dakwah mengemas kajian dalam bentuk ceramah dengan dipandu seorang moderator lalu dibuka forum interaktif dengan pemirsa. Ada juga kegiatan kajian keislaman dan ceramah ramadhan tanpa jamaah. Selama ramadhan dengan tidak dibukanya shalat tarawih otomatis para ustad dan penceramah tidak berceramah dihadapan jamaah shalat tarawih dan subuh. Namun yang namanya dakwah tetap berjalan. 

Di sebagian daerah para mubalig yang awalnya sudah dijadwalkan oleh takmir masjid memberikan ceramah selama ramadhan diganti dengan ceramah di masjidctersebut meskipun jamaah tidak hadir.Pemda setempat memfasilitasi honorarium namun si penceramah tetap datang ke mesjid memberikan ceramah agar masyarakat sekitar masjid tetap mendapatkan kajian. Para ustad yang berceramah dalam masjid tidak kalah semangatnya meskipun dihadapannya tidak seorangpun  jamaah.

      Kedua. Kegiatan tahsin Al-Quran.Kegiatan ini tergolong baru di sosmed. Namun cukup diminati juga oleh kalangan tertentu. Tahsin dilaksanakan malam hari selesai isya.Lumayan banyak juga yang bergabung dengan kegiatan tahsin secara virtual ini.selama 4 hari dalam seminggu menyimak,membimbing bacaan Al-Quran dari mahahasiswa,pelajar dan umum. Ternyata animo masyarakat untuk belajar Al-Quran masih tinggi.

      Ketiga.Musabaqah tilawatil Quran.Selama ramadhan ini banyak kegiatan MTQ dilaksanakan baik tingkat kota,kabupaten bahkan tingkat nasional.Terkadang MTQ ini dilaksanakan melalui video call  dan zoom.

2.     Dakwah dan Tantangan Merawat Kerukunan Dunia Maya

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dakwah memang menjadi hal yang lumrah. Bahkan, dakwah sudah menjadi bagian dari budaya negeri ini. Ketika Islam masuk ke tanah Jawa, juga dilakukan dengan cara berdakwah. 

Namun, caranya sangatlah santun. Wali Songo ketika itu banyak mengadopsi budaya-budaya lokal, sehingga masyarakat pun bisa menerima Islam dengan terbuka.Dalam perjalanannya, cara-cara dakwah berkembang menyesuaikan zamannya. Munculnya pesantren, membuat dakwah banyak dilakukan di pesantren. Di luar itu, seringkali dilakukan di tempat ibadah, ruang terbuka, gedung, dan lain sebagainya. 

Namun, di era sekarang, dakwah sudah tidak perlu lagi dilakukan dengan cara door to door, atau dari satu tempat ke tempat yang lain. Di era milenial ini, dakwah bisa dilakukan secara virtual.Dakwah virtual ini, banyak yang menyambut positif. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini, tentu saja sangat dibutuhkan karena adanya pembatasan sosial berskala besar.

Dengan bermodal gadget dan jaringan internet, kita bisa mendengarkan dakwah siapa saja tanpa harus datang ke tempat dakwah. Namun, dakwah virtual ini dalam perjalanannya, juga dimanfaatkan oleh kelompok intoleran untuk menyebarkan propaganda radikalisme. Akibatnya, tidak sedikit dari masyarakat yang terpapar paham radikalisme melalui dunia maya. Karena provokasi itulah kemudian memunculkan tindakan intoleran.

Dakwah pada dasarnya bertujuan untuk memberikan tuntunan. Namun praktek berdakwah di dunia nyata, juga mendapatkan tantangan. Ada saja orang yang tidak suka, yang kemudian menyakiti si pemberi dakwah. 

Beberapa waktu lalu, Syekh Ali Jaber ditusuk oleh orang tak di kenal ketika berdakwah di Lampung. Di dunia maya, tidak ada insiden penusukan, namun ada juga dakwah yang disusupi pesan kebencian dan provokasi. Dua hal yang berbeda, namun keduanya merupakan bentuk bahwa dalam berdakwah, banyak tantangan yang masih harus dihadapi.

Dakwah harus menyejukkan. Dakwah harus menyatukan dan menjaga kerukunan. Jika kita berbeda pandangan dengan materi dakwah yang disampaikan, lebih baik disampaikan secara santun. 

Jika kita tidak suka dengan orang yang memberi dakwah, lebih baik ditahan, tidak perlu dilampiaskan dalam perilaku dan ucapan yang provokatif. Jika kita tidak sepaham, jangan merasa paling benar. Karena kebenaran itu sejatinya hanyalah milih yang menciptakan bumi dan seisinya. Mari saling introspeksi.

Introspeksi sangat diperlukan. Mari terus menebar kebaikan. Indonesia adalah negara yang damai, yang tidak mempunyai bibit permusuhan. Nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar negara, merupakan nilai yang lahir dari budaya Indonesia. Karena itulah, mari kembali pada kearifan lokal yang mungkin bagi sebagian orang telah ditinggalkan.  

Mari kita ingatkan yang salah dengan cara-cara dakwah yang sejuk. Dakwah tidak boleh dengan marah-marah, tidak boleh dengan menjelekkan. Dakwah harus bisa melihat sebuah persoalan secara utuh. Dakwah juga harus bisa menjelaskan ayat berdasarkan konteksnya.

Mari kita jaga kerukunan negeri ini. Dakwah secara nyata ataupun maya, juga masih bisa memicu terjadi perilaku intoleran. Menjadi tugas kita selaku generasi penerus bangsa, untuk tetap menjaga Indonesia dari bibit perpecahan. Salam damai.

3.     Pentingnya Dakwah Berkonteks

Dakwah dalam agama Islam hal yang penting. Dia adalah pengejewantahan ajaran agama dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dakwah biasanya dilakukan secara teratur oleh sekelompok masyarakat dengan tujuan sebagai pengajaran yang dapat mempengaruhi rasa, pikir, sikap dan tindakan masyarakat. Rasa, sikap dan tindakan ini berlaku pada ranah individual dan sosio cultural untuk mewujudkan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan.

Tugas dakwah ini memang memancarkan apa yang dilakukan Nabi Muhammad setelah beliau mendapat petunjuk soal Islam. Saat itu dia menyebarkan agama Islam dalam hal ini berdakwah ke bannyak orang dengan bermacam strata dan bermacam kelas sosial yang bertujuan untuk memperingatkan dan memangggil manusia ke jalan yang benar.

Dalam al-Qur'an Surat an- Nahl ([19]:125) dijelaskan cara-cara berdakwah yaitu : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk

Surat di atas ingin membawa kita pada  bagaiamana dimensi pemaknaan dakwah mengarah ke konsep praktis yang meliputi tabligh keagamaan dan propaganda politik. Dakwah juga bisa dimaknai sebagai jihad secara politik kepada masyarakat.

Penceramah agama atau sering disebut sebagai da'i memegang peran penting dalam proses dakwah ini, karena kegiatan dakwah, apapun tujuan dan fungsinya, sangat tergantung padanya sebagai menyampai ajaran Islam. Karena da'i, melakukan tafsiran terhadap al-Qur'an ; apakah sebatas teks atau konteks. Karena jika sebatas teks maka tafsiran dan pemaknaannya akan jauh berbeda dengan konteks. Karena teks cenderung kaku sedang jika berkonteks maka kita akan melihat dimensi lebih luas dan memperhatikan juga latar belakang tempat kita tumbuh.

Indonesia butuh pendakwah yang punya tafsiran yang berkonteks karena Indonesia punya keragaman budaya serta agama yang berbeda dengan negara-negara timur tengah dimana Islam berasal. Keragaman ini membutuhkan rasa saling menghargai dan menghormati yang terangkum dalam dasar negara yang bernama Pancasila.  Pancasila telah melalui proses yang sangat panjang dan terbukti elastic dalam menghubungkan banyak keragaman di Indonesia.

Karena mengajarkan rasa menghormati dan menghargai, maka hal itu sejalan dengan surat an-Nahl di atas yang menekankan penyampaian ajaran (islam) harus dengan berhikmah dan kalaupun terjadi perbantahan maka harus dilakukan dengan cara yang baik.

           Dengan begitu kita dapat menyesuaikan kewajiban berdakwah dengan  situasi negara kita yang berbineka ini. Dakwah yang berkonteks dan da'i yang moderat menjadi kebutuhan kita bersama saat ini.

4.     Perkuat Dakwah Kebhinekaan di Era Digital

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan suku, budaya, agama dan bahasa yang sangat tinggi. Hal ini tentu sangat berbeda dengan negara-negara lain. Kekayaan Indonesia tentu saja bukan karena keinginan para pendahulu, seseorang atau kelompok manapun. Keragaman ini merupakan anugerah yang didapatkan dari Tuhan YME.

Keragaman ini hampir terjadi di semua daerah di Indonesia. Meski tiap daerah punya adat istiadat sendiri, masyarakat pendatang tetap bisa saling menghormati. Di Bali misalnya, meski jutaan orang berdatangan dari berbagai negara, adat istiadatnya masih tetap terjaga. Mereka bisa hidup berdampingan dalam keragaman. Begitu juga dengan di Yogyakarta, yang merupakan kota pelajar. Di Jakarta, keragaman masyarakatnya juga terlihat. Orang dari daerah mana saja, berkumpul di kota ini untuk mencari penghidupan.

Intinya, keberagaman merupakan hal yang tak bisa dilepaskan dari masyarakat Indonesia. Karena itulah, setiap orang harus bisa saling menghargai, memahami dan menghormati satu dengan yang lainnya. Keragaman ini jangan dianggap sebagai hal yang harus diperdebatkan. Jika kita melihat informasi yang bertebaran di dunia maya, terkadang membuat kita miris. Banyak orang yang merasa paling tahu segalanya, lalu menyebarluaskan informasi yang salah tersebut ke publik secara virtual.

Ironisnya, orang yang sok tahu tersebut hampir ada di semua elemen masyarakat. Dari tokoh masyarakat, tokoh politik, bahkan ada juga tokoh yang merasa pahama agama, tapi justru perilakunya sering mengkafirkan orang lain karena dianggap salah, sesat dan sebagainya. Perilaku semacam ini semestinya tidak disebarluaskan melalui ceramah, dakwah, atau postingan lain di media sosial. Perilaku secama ini semestinya tidak terjadi. Kenapa? Karena Indonesia pada dasarnya beragam.

Keberagaman inilah yang harus terus dipelihara. Mari perkuat ceramah dan dakwah kebhinekaan, agar persatuan dan kesatuan negeri ini tetap terjaga. Ingat, literasi masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya bagus. Banyak masyarakat yang mudah terprovokasi, oleh informasi-informasi yang menyesatkan. 

Mari kita belajar dari kasus pembakaran tempat ibadah di Tanjung Balai beberapa tahun lalu. Mari kita belajar dari pilkada DKI Jakarta, yang setiap hari penuh dengan provokasi SARA. Ingat, kita bukanlah pribadi provokatif. Kita adalah pribadi yang toleran dan mengedepankan gotong royong.

Karena itulah, mari jaga lisan kita dan perilaku kita masing-masing. Jangan biarkan lisan dan perilaku ini justru bisa menghancurkan negeri yang kaya ini. 

Perjuangan untuk mendapatkan kemerdekaan Indonesia, bukanlah perkara mudah. Setelah 350 tahun hidup dalam penjajahan, para pendahulu kita rela mengorbankan nyawanya untuk bisa menyatukan keberagaman ini melalui negara kesatuan republik Indonesia. Sekarang, menjadi tugas kita bersama untuk tetap menjaga keberagaman ini, agar anak cucu kita bisa tahu betapa kayanya Indonesia. Salam damai dan salam literasi.

5.     Dakwah Virtual Harus Diimbangi Literasi Digital

Era digital merupakan tanda kemajuan zaman. Era digital membuat segalanya semakin mudah dan efisien. Jika dulu untuk mendapatkan buku yang diinginkan, harus mencari dari satu toko ke toko yang lain. Untuk mendapatkan informasi tentang lowongan pekerjaan, harus membeli Koran, atau dari relasi teman, saudara atau tetangga. Untuk memesan tiket pesawat, kereta, hotel dan lain sebagainya harus datang ke lokasi. Kini berkat kecanggihan teknologi, semuanya serba dimudahkan.

Berkat kemudahan itulah, banyak aktifitas di dunia nyata lari ke dunia maya. Tak terkecuali aktifitas dakwah, yang biasa dilakukan dengan cara mengumpulkan orang di sebuah ruangan atau tempat ibadah, kini bisa dilakukan melalui telepon genggamnya masing-masing. Banyak masyarakat yang belajar agama melalui handphone, melalui ceramah-ceramah secara virtual.

Sayangnya, tidak sedikit ceramah yang berkembang secara virtual, justru tidak seperti yang diharapkan. Banyak pelaku terorisme mengaku mengenal radikalisme dari internet, melalui ceramah-ceramah di media sosial. Apalagi di era milenial seperti sekarang ini, informasi bohong atau hoaks juga masif terjadi. Banyak masyarakat yang bersumbu pendek, mempunyai aktifitas menyebar informasi tanpa melakukan cek ricek terlebih dulu.

Yang perlu dikhawatirkan adalah jika hoaks tersebut dianggap sebagai kebenaran, lantaran diucapkan oleh tokoh politik, tokoh masyarakat, ataupun tokoh agama. Banyak contoh yang bisa kita jadikan pembelajaran. Para tokoh tidak sedikit yang menjadi korban hoaks. Lalu disebarluaskan melalui ceramah secara virtual. Akibatnya, kebohongan itu dianggap sebagai sebuah informasi yang valid. Kondisi inilah yang berbahaya. Apalagi jika disusupi pesan kebencian dan provokasi, akan memicu terjadinya konflik di tengah masyarakat.

Propaganda radikalisme saat ini masih terus menyebar. Paham negative itu masih terus disebarkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Dan ironisnya, kita terkadang begitu saja mudah mempercayainya. Apalagi jika ada singgungan ayat-ayat agama. Padahal, semuanya itu merupakan bagian dari upaya membelokkan fakta dan arti yang sesungguhnya. Istilah jihad misalnya. Berkembang dengan banyak macam versi, tergantung disebarkan oleh kelompok apa. Jihad ada yang dimaknai berjuang di jalan Allah, bekerja mencari nafkah, bahkan ada juga perilaku teror dengan bom bunuh diri juga dimaknai sebagai jihad. Pembelokan tersebut berpotensi terjadi melalui ceramah secara virtual.

Karena itulah, penguatan literasi tetap diperlukan untuk melawan informasi yang menyesatkan. Tanamkan dalam diri kita untuk tidak mudah percaya pada siapapun. Cek ricek setiap informasi. Cari pembanding informasi dari sumber yang valid, agar kita bisa mendapatkan informasi secara utuh. Dakwah digital harus diimbangi dengan literasi digital. Salam literasi.

6.     Dakwah Virtual Harus Tetap Menyatukan Keberagaman

Perkembangan teknologi telah merubah segalanya. Segala aktifitas yang terjadi di dunia nyata, hampir semuanya bisa dilakukan di dunia maya. Tak terkecuali aktifitas dakwah atau ceramah yang umumnya dilakukan di tempat ibadah. Banyak sekali ceramah yang mulai dilakukan secara virtual. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini, aktifitas secara virtual memang sangat membantu karena adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Namun dibalik kemudahan virtual tersebut, tetap harus diwaspadai. Karena informasi bohong atau hoaks juga masih ramai di dunia maya. Provokasi yang mengatasnamakan apapun juga masih sering terjadi. Jangan sampai, aktifitas ibadah seperti dakwah atau ceramah disusupi oleh oknum-oknum tertentu untuk menyebarkan pesan intoleransi, pesan kebencian, pesan radikalisme dan segala macamnya.

Jauh sebelum terjadinya pandemi, praktek ceramah yang disusupi oleh oknum tertentu ini memang pernah terjadi. Sebut saja ketika deklarasi ISIS di Jakarta beberapa tahun lalu, dilakukan di salah satu masjid di Jakarta.. Kini, praktek semacam ini juga mulai marak di temukan di media sosial. Banyak orang yang mengklaim dirinya paham agama, namun sejatinya ceramah yang dimunculkan seringkali berisi ujaran kebencian kepada orang lain.

Padahal, dalam Islam atau agama yang lain, tidak pernah ada satupun yang mengajarkan kebencian. Juga tidak pernah ada yang mengajarkan untuk menyebarkan provokasi. Semua agama mengajarkan perdamaian. Karena itulah, mari kita terus menyebarkan pesan damai melalui ceramah atau dakwah di media sosial. Jangan hanya mengejar popularitas, konten ceramah menjadi tidak diperhatikan.

Indonesia adalah negara dengan tingkat keragaman yang sangat tinggi. Keberagaman itu harus terus dipupuk dan dijaga, melalui ceramah-ceramah yang menyatukan. Jangan lagi ada ceramah yang penuh provokasi, yang bisa mencerai beraikan keberagaman yang ada. Ruang pubilk seperti media sosial harus dimanfaatkan mengisi pesan-pesan positif, inspiratif, dan menyejukkan.

Ketika Islam pertama kali masuk ke tanah Jawa, wali songo juga melakukan dakwah dengan cara-cara yang santun. Bahkan, para wali juga mengadopsi budaya lokal, agar Islam bisa diterima dengan mudah. Dan terbukti, masyarakat yang ketika itu sudah memeluk Hindu, Budha dan masih ada yang menganut aliran kepercayaan, banyak yang menerima Islam. Sampai akhirnya agama Islam berkembang di seluruh Indonesia. Dan Indonesia dikenali sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Mari kita lihat ceramah Soekarno. Mari kita juga dengar orasi bung Tomo. Mari kita dengarkan ceramah Gus Dur, Cak Nun, dan masih banyak lagi yang bisa kita jadikan pembelajaran. Ceramah para tokoh bangsa tersebut tidak ada satupun yang menjelekkan, menyudutkan, apalagi memecah belah. Mari kita jaga keragaman yang merupakan anugerah di Tuhan. Dan mari jaga lisan kita, untuk terus mengucapkan pesan-pesan yang menyejukkan. Salam damai.

7.     Metode Dakwah Da'i di Kalangan Desa

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang di pakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran dakwah islam. Metode dakwah yang digunakan para da’i berbeda-beda tergantung dari situasi dan kondisi para mad’u yang menjadi sasaran dakwahnya para da’i. 

Metode yang digunakan biasanya beragam, karena tidak bisa dengan satu metode pendekatan saja khususnya dikalangan masyarakat desa. Masyarakat perkotaan memiliki karakteryang berbeda dengan masyarakat di desa. 

Pertama, masyarakat kota lebih banyak menggunakan fasilitas-fasilitas yang lebih modern. Kedua, masyarakat kota memliki etos kerja yang tinggi. Ketiga, dalam berkomunikasi masyarakat kota memakai bahasa yang lebih menasional. Keempat, masarakat kota memiliki pengetahuan dan berwawasan luas. Kelima, masyarakat kota sangat heterogen terlihat dari bagaimana mereka melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi. 

Sehingga cara penyampaian dakwahnya pun harus lebih intelektual. Berbeda dengan masyarakat kalangan menengah kebawah (masyarakat awam), cara penyampaian dakwahnya dilakukan dengan disisipkan guyonan (bersifat humoris), nada dan dakwah dari seorang da’i, sehingga mereka merasa nyaman dan tertarik akan isi dakwah tersebut. Keberhasilan dakwah sendiri tidak terlepas dari keberhasilan da’i pertama yaitu Rasulullah SAW dalam menyampaikan risalahnya. 

Dalam berdakwah Rasulullah menggunakan teknik, cara, metode, serta pendekatan-pendekatan yang efektif dan efesien. Hal ini sejalan dengan teknik, cara, metode, atau pendekatan lebih penting dari materi itu sendiri. 

Dalam dakwah meskipun yang disampaikan hanya satu ayat tetapi melalui pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan kondisi mad’u maka dakwah akan berjalan dengan baik dan berhasil. 

Hal ini mengisyaratkan materi bukanlah segala-galanya bagi seorang da’i. Sejatinya persyaratan utama dan pertama bagi seorang da’i adalah kesedian untuk berjuang, ketulusan, berbakti, dan ketepatan metode serta pendekatan dalam menjabarkan pesan-pesan Ilahi dalam realitas sosial. 

Metode dakwah merupakan salah satu unsur pendukung dalam proses penyampaian dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’unya, di mana dalam hal ini diterapkan dalam salah satu pengajian.

8.     Pentingnya Pendidikan dan Dakwah Keagamaan bagi Anak di Tengah Pandemi Covid-19

Pada Era Globalisasi saat ini kemajuan teknologi dan Ilmu Pengetahuan semangkin berkembang, termasuk pada dunia pendidikan. Dimana pendidikan merupakan salah satu pondasi dalam kemajuan suatu bangsa, semangkin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa maka akan diikuti dengan semangkin baiknya kualitas bangsa tersebut.

Di Indonesia sendiri pendidikan sangat diutamakan, karena pedidikan memiliki peranan yang sangat penting terhadap terwujudnya peradaban suatu bangsa, untuk itu strategi yang paling utama untuk membangun bangsa yang bermartabat adalah melalui pendidikan, tidak hanya sampai di situ saja untuk mencapai hal tersebut diperlukan pembentukan pandangan hidup pada masyarakat yang nantinya dapat mengarahkan nya menjadi bangsa yang bermartabat.

Begitu pentingnya pendidikan, sehingga tujuan pendidikan telah diatur dengan jelas dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yakni No 20 Tahun 2003 pasal 3, Tujuan Pendidikan Nasional adalah "Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".

Ditengah penyebaran wabah covid-19 yang masih menjadi kekhawatiran dunia sampai saat ini, tentunya memiliki dampak yang sangat besar disetiap lini dan diberbagai sektor yang ada termasuk pada dunia pendidikan. Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran wabah covid-19 ini yaitu dengan tetap stay at home, mulai dari bekerja dari rumah, beribadah di rumah dan belajar dari rumah. Sejak mewabah nya covid-19 pada awal maret ditanah air, sejumlah sekolah maupun perguruan tinggi terpaksa ditutup dan mengubah metode belajar menjadi daring. Hal ini jelas menimbulkan sejumlah dampak, baik positif maupun negatif untuk peserta didik dan tenaga pengajar.

Salah satu dampak yang paling terlihat atas perubahan dunia pendidikan ditengah pandemi Covid-19 adalah keefektifan proses belajar mengajar. Dimana, tidak semua peserta didik mampu beradaptasi dengan metode pendidikan yang baru ini, terlebih pada jenjang sekolah dasar (SD).

Anak-anak yang berada pada jenjang pendidikan ini sangat rentan dalam hal tidak mendapatkan materi belajar yang merata, apabila tidak adanya kerjasama yang baik antara guru maupun pihak orang tua murid itu sendiri. sebagaimana telah dijelaskan bahwa madrasah pertama seorang anak dalam menuntut ilmu dimulai dari keluarganya. Dikatakan pertama karena memang anak mendapatkan pendidikan pertama kali dilingkungan keluarga yakni orang tua, ayah dan ibunya. Sementara, dikatakan utama karena yang paling utama  mendidik anak adalah orang tuanya.

Pendidikan yang ditanamkan kepada anak-anak sebagai mana dikatakan oleh Ulwan (1981) adalah pendidikan keimanan, pendidikan akhlak/moral, pendidikan intelektual, pendidikan jasmani, pendidikan sosial dan kepribadian. Semua itu merupakan tanggung jawab orang tua sebagai guru bagi anak-anak mereka. Akan tetapi, dari hal itu semua, pendidikan yang paling pertama adalah pendidikan keimanan dan ketaqwaan kepada allah atau pendidikan agama. Karena pendidikan agama berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang.  

Dengan adanya kebijakan stay at home yang diambil oleh pemerintah dalam rangka memutus mata rantai penularan Covid-19 ini membuat semua kegiatan atau aktfitas sehari-hari terpaksa harus dilakukan dari rumah mulai dari bekerja, ibadah, dan belajar dirumah. sehingga mengharuskan anak-anak usia sekolah  belajar di rumah, tanpa disadari hal ini secara langsung mengembalikan tugas dan tanggung jawab orang tua dalam melakukan pendidikan bagi anak-anaknya.

Selama berada dirumah orang tua memilki peran yang sangat penting tidak hanya membantu anak-anaknya dalam proses belajar mengajar tetapi juga berperan dalam menyebarkan pemahaman tentang pendidikan dakwah keagamaan. Dalam dunia keislaman, dakwah memiliki arti yaitu mengajak atau menyeru kepada hal yang mengarahkan kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran untuk memperoleh kebahagian didunia dan kesejahteraan diakhirat.

Maka dari itu, urgensi pendidikan serta pendidikan keagamaan islam pada generasi muda perlu ditanamkan sejak usia dini untuk mewujudkan cita-cita masyarakat islam yang sesuai dengan perintah Allah SWT, dan membangun karakter atau akhlakul karimah sebagai bekal menuju jalan yang telah disiapkan oleh Allah SWT untuk setiap hambanya yang mau semangat belajar dan ikhlas sesuai ajaran agama islam.

9.     Dakwah dan Komunikasi di Masa Pandemi

Banyak perubahan yang kita rasakan semenjak adanya virus corona yang menyerang dunia, mulai dari beraktifitas seperti bekerja dan sekolah, seperti sekolah yang harus di lakukan di rumah saja demi memutus rantai penularan virus corona.

Setelah kurang lebih 7  bulan virus corona menyerang Negara kita, pemerintah menerapkan sistem baru yaitu New Normal maksudnya masyarakat boleh melakukan kegiatan di luar rumah asalkan mematuhi protocol kesehatan yang dibuat guna untuk mengurangi rantai penularan virus corona ini, tetapi sebaiknya kita tetap dirumah saja kecuali benar-benar perlu untuk keluar rumah.

Tentu kebijakan ini dibuat agar masyarakat bisa kembali melakukan kegiatan normal seperti biasanya , tetapi bukan berarti kita sudah bebas dari sosial distancing dan physical distancing (jaga jarak sosial), untuk kebaikan kita semua hindari kontak fisik dengan orang-orang disekitar kita apalagi tidak kenal dan ikuti protocol kesehatan yang dibuat pemerintah yaitu pakai masker,cuci tangan dan selalu jaga jarak agar tetap aman.

Kebijakan ini juga berdampak kepada cara berdakwah dan berkomunikasi, di dalam islam berdakwah dan berkomunikasi biasanya disampaikan melalui tabligh akbar, tetapi dakwah melalui tabligh akbar saat ini pasti mengumpulkan banyak orang sehingga di hindari terlebih dahulu karena masih dalam keadaan pandemic. hal ini tentunya bukan menjadi penghalang untuk berdakwah dan berkomunikasi, di era digital sekarang ini, kita bisa berdakwah dan berkomunikasi dengan media sosial seperti di instagram,facebook dan youtube.

Tetapi dakwah dengan metode ini juga memiliki problematika diantaranya para pendai/ustadz/ustadzah yang minim menggunakan media sosial sehingga tidak terlalu memahami caranya, tentunya demi melancarkan metode dakwah di media sosial ini para pendai/ustadz/ustadzah setidaknya harus memahami dan mengerti teknologi informasi yang berkembang di era milineal saat ini, Misalnya, pelatihan untuk membuat film-film pendek yang bersifat dakwah. karena, ini bisa menarik kalangan milenial untuk menandingi konten-konten yang kurang positif, tentunya hal ini dilakukan demi menciptakan masyarakat Islam yang indah, damai, dan tidak saling memusuhi.

Dakwah degan metode di media sosial ini merupakan inovasi dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, ketika pemerintah mengeluarkan instruksi agar masyarakat untuk menghindari keramaian dengan tetap di rumah.

Memanfaatkan media sosial sebagai alat penyebaran dakwah dan berkomunikasi secara daring mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat Muslim yang haus siraman rohani. Artinya, tanpa bertatap muka secara langsung, substansi dakwah dapat tersampaikan secara baik.

Selain itu dengan adanya metode dakwah di media sosial ini kita sebagai pendengar tentunya bisa mendengarkan ceramah dimanapun dan kapanpun kita mau.Semoga pandemic ini lekas berakhir dan kita bisa melakukan aktifitas normal seperti biasanya..

10.  Penggunaan Media Dakwah Selama Masa Pandemi Covid-19

Media massa adalah alat-alat yang digunakan untuk menyampaikan,  isi/pesan dakwah kepada Mad'u . Pada zaman modren sekarang ini, media dakwah sudah seperti televise, video, kaset rekaman, majalah dan surat kabar.

Media dakwah media dakwah diambil dijadikan patokan yang awalnya yaitu tu salah satu contoh media yang dilakukan Nabi Sulaiman Alaihissalam berdakwah kepada Ratu Balqis melalui Burung Hud Hud yang membawa surat ajakan beriman  iman kepada Allah.

Berdasarkan kisah di atas menjelaskan bahwa pesan dakwah dapat disampaikan melalui perantara atau media dan peranan media menjadi penting ing untuk menyampaikan dakwah dengan seluas-luasnya jangkauan pesan yang diinginkan media  sendiri berkembang pesat seiring dengan berkembangnya zaman semakin baik media cetak media audio media audio visual media internet, maka menjadi kesempatan bagi para Dai untuk menyebarluaskan kan dakwahnya. Namun tidak semudah itu bedak Wah melalui media karena memiliki tantangan dan melihat situasi kondisi keadaan media yang yang lebih efektif digunakan seperti contoh pada masa covid 19 pemerintah anjurkan tidak berkumpul  kumpul karena akan mempermudah perluasan virus Corona maka dakwah metode yang dilakukan biar biasanya dengan cara ceramah ah di masjid it majelis ke ruangan pertemuanlapangan menjadi  terhambat maka metode dakwah  yang dilakukan  kan berubah menjadi metode pengajaran dengan menggunakan media yang efektif, media itu? maka  media yang paling  tepat, yaitu:

Media Internet

Media internet terletak pertama Karena paling banyak digunakan oleh para Dai dan madu seperti aplikasi YouTube, Google met Zoom dan aplikasi lainnya dan yang kedua yaitu media audio visual Seperti televisi dan ketiga yaitu audio seperti radio.Nah kita akan membahas media-media yang disebutkan di atas Seperti apakah media-media tersebut

1. Media Cetak

a. Surat

Surat dapat dikatakan sebagai media dakwah karena berisi pesan-pesan yang dapat kita sampaikan kepada madu,  nggak mandi zaman sekarang surat Sudah jarang dipakai sebagai media dakwah karena banyak surat digital yang mudah dipakai dan efisien. dalam sejarahnya surat dipakai sebagai media dakwah dicontoh oleh Nabi Sulaiman Alaihissalam di Palestina yang mengirim pesan kepada Ratu Balqis  di kerajaan Saba Yaman Burung Hud Hud yang mana isi pesannya nya mengajak Ratu Balqis beriman kepada Allah dan juga Nabi Muhammad Saw. juga berdakwah melalui surat sebagai medianya. Sejarah mencatat bahwa nabi pernah mengirim surat kepada beberapa kepala negara, yaitu Heraclius sebagai Kepala Negeri Rum, Abruwaiz bin Hurmuzan bin Anu Syirwan sebagai Raja Parsi, Mauqauqis sebagai Raja Mesir dan Iskandariyah serta kepada Raja Najasyi.

 B. Brosur dan Buletin

Brosur dan buletin berbeda waktu percetakan tapi bentuknya hampir sama seperti brosur yang tidak diterbitkan secara berkala melainkan sesuai dengan keperluan sedangkan buletin biasanya diterbitkan secara berkala yaitu mingguan dua mingguan dan bulanan titik Keduanya dapat dijadikan media dakwah yang efektif dan efisien karena buletin dapat dibuat dalam bentuk dan format yang paling sederhana yaitu satu lembar kertas dan dicetak secara timbal balik atau dirata menjadi 4 halaman berbagai Isu aktual serta pemecahan dapat disajikan melalui buletin Browser dan buletin dapat ditemukan toko buku majalah kantor instansi masjid dan lain-lain.

C. Surat Kabar

Fungsi pertama dan utama dari surat kabar adalah menyiarkan informasi. Melalui surat kabar orang juga dapat memperoleh gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan,sarana pendidikan. Surat kabar ikut memuat dan mempublikan tulisan-tulisan yang bernuansa ilmu pengetahuan, hal ini dapat dijumpai dalam  artikel opini dan artikel keagamaan.

Selain itu, surat kabar juga menghibur para pembaca, ia dapat menjadikawan dikala duka dan kesepian cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, karikatur, teka-teki silang dan pojok.

Bagi dai atau mahasiswa Muslim harus memanfaatkan surat kabar dalam fungsi mendidik masyarakat. Karena pendidikan merupakan bagian dari dakwah. Memanfaatkan surat kabar sebagai media dakwah antara lain dengan cara menulis artikel, baik artikel yang bernuansa keagamaan maupun opini.

2. Media Audio

Media audio adalah media yang hanya dapat didengar Pesan-pesan dakwah dan tidak dapat dilihat. Media audio dipandang cukup efektif, terutama untuk kepentingan dakwah Islam apalagi di tengah  pandemi virus covid-19 ini, masyarkat pada tinggal dirumah dan Butuh hiburan  karena protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah  dan aturan dilarang keluar rumah  yang tidak penting  maka radio menjadi salah satu hiburan  . Jenis-jenis audio dalam media ini antara lain radio, tape recoder. di zaman yang serba canggih ini keberadaan radio masih sangat diminati oleh masyarakat, terutama di perkotaan.  padahal radio menjadi di media yang yang efektif dan efisien untuk menyampaikan dakwah namun kekurangannya yaitu hanya jangkauan frekuensi sinyal radio yang yang dipancarkan terbatas.

3. Media Audio Visual

Media ini lebih banyak daya tariknya karena memiliki dua dimensi,atu dapat didengar suaranya dan sekaligus dapat dilihat gambarnya. Media ini sering disebut sebagai media elektronik. Jenis yang termasuk dalammedia ini ancara lain televisi (TV), film dan video kaset.

Televisi secara harfiah berasal dari kata tele yang berarti jauh dan vision yaitu pandangan jadi diartikan melihat sesuatu.Media televisi sudah demikian besar daya tariknya sebagai pihak penyelenggara siaran maupun sebagai penikmat snaran Begini besamya daya tarik media karena televisi mampu menyajnkan informasi secara audio visual, yaitu suara dan gambar sekaligus dengan program yang bervariatif. Keunggulan tersebut membuat masyarakat menghabiskan waktunya di depan televisi. Oleh sebab itu, televisi sangat strategis dijadikan sebagai media dakwah. Jika dakwah dapat memanfaatkan media ini dengan efektif, maka otomatis jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan keagamaan ditimbulkan akan lebih mendalam. Program-program dakwah yang  hendaknya mengenai sasaran objek dakwah yang heterogen.

4. Media Internet

Di era teknologi informasi saat ini peranan media dan sosial media dalam dakwah sangat penting dilakukan masjid di internet juga internet sudah banyak dikenal masyarakat khususnya perkotaan karena informasi yang didapatkan mudah diakses melalui Handphone komputer dan sebagainya kebutuhan masyarakat lain bukan informasikan internet di dapatkan tanpa harus terikat ruang dan waktu Salah satu fasilitas internet yang dapat dijadikan sebagai media dakwah seperti blok email Facebook Twitter Instagram YouTube dan lain-lain.

Pertimbangan utama untuk menjadikan Facebook sebagai media berkaitan erat dengan posisi Facebook itu sendiri sebagai jaringan sosial yang terkemuka manfaatkan kan nya sebagai media dakwah tentunya juga merupakan bagian dari proses budaya dakwah dengan mempertimbangkan posisi dan kecenderungan budaya masyarakat titik masing-masing media mempunyai sisi-sisi kelebihan dan kekurangan sebagai fasilitas yang mendorong manusia untuk berkomunikasi dapat disebabkan pertumbuhan dakwah di dalamnya untuk itu pengguna layanan internet haruslah bijak dalam menerima informasi.

C. SIMPULAN

Kemajuan teknologi mengakibatkan model dakwah semakin bekembang pesat dan dinamis. Tidak bisa dipungkiri bahwa konten-konten berbau radikalisme, ekstrimisme sangat cepat menyebar dan mampu masuk ke semua lini.

           Menurut Yusuf Qardhawani esensi dakwah adalah bermakna membangun gerakan yang akna membawa manusia ke jalan Islam meliputi aqidah dan syariah, dunia dan negra, mental dan kekuatan fisik, perdaban dan umat, kebudayaan dan politik serta jihad menegakkannya di kalangan umat Islam sendiri, agar terjadi sinkronisasi antara realitas kehidupan muslim dengan aqidahnya.

            Era telah berubah. Zaman terus bergerak. Model masyarakat mencari informasi juga telah berganti. Jika dulu masyarakat rela berhari-hari berjalan kaki menuju tempat pengajian dan yang diisi oleh ustadz kondang, kini mereka tidak perlu repot dan capek. Cukup menggunakan handphone, seseorang akan mendapatkan model pengajian yang diinginkan.

Kecanggihan teknologi informasi telah mengubah cara masyarakat memperoleh wawasan, termasuk pemahaman bidang agama. Banyak website yang menyajikan berita tentang keislaman dan bahkan menyediakan forum Tanya jawab agama. Namun, seiring dengan kemudahan itu muncul berbagai masalah. Salah satunya adalah persoalan pendangkalan dan radikalisme agama.

Kasus yang banyak menjadi topik penelitian misalnya, banyak teroris mendapatkan pemahaman mengenai agama dan tindak kejahatan melalui internet. Oleh karena itu, dakwah humanis perlu masuk ke wilayah digital. Dakwah tidak cukup dengan mengembangkan kajian di masjid. Namun, perlu masuk dan memberi warna sekaligus memengaruhi perilaku masyarakat.

Dakwah digital menjadi tantangan sekaligus peluang. Artinya, model dakwah ini perlu membaca dan memahami kecenderungan keberagamaan generasi. Pasalnya, setiap generasi memiliki corak keberagamaan yang unik.

            Generasi milenial yang lekat dengan internet tentu berbeda dengan zaman generasi X dan Y. Model keberagamaan yang berbeda membutuhkan alat dakwah yang berbeda.

Dakwah model lama dengan bertemu dalam lingkungan terbatas akan tergeser oleh model dakwah digital. Dakwah digital yaitu model pengajaran Islam melalui media. Model dakwah ini dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Hal itu sesuai dengan karakteristik masyarakat milenial yang sangat akrab dengan gawai (gadget). Mereka mengakses internet hampir setiap saat. Lebih dari lima jam sehari mereka mengakses situs-situs dan menggunakan media sosial berjejaring (grup media sosial). Medsos kini pun menjadi rujukan utama masyarakat milenial. Mereka mencari jawaban-jawaban persoalan hidup dan keagamaan dari situs dan media sosial yang ramai dibanjiri kajiankajian keagamaan.

Pencarian melalui media sosial seringkali kering dalam spiritual. Pasalnya, media sosial seringkali "mengecilkan" peran keagamaan. Simplifikasi itu yang kemudian menjadikan masyarakat mudah terprovokasi. Mudahnya masyarakat mendapat jawaban singkat dan seringkali tidak kuat basis "dalil"-nya menjadikan mereka mudah terserang virus hoaks. Hoaks keagamaan pun seakan menjadi keniscayaan di tengah masyarakat yang kering spiritualitas saat ini.
 
          Diera Digitalisasi saat ini harus kita manfaatkan aacara baik dengan membuat konten konten dakwah yang bermanfaat.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/jentrionolase7123/5f3e49c073b087249020b102/urgensi-dakwah-dalam-dunia-digital

Kusnawan. Aep, Ilmu Dakwah,2004, Bandung: Pustaka Bani Quraisy

EnjangAS, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah,2009, Jakarta:Widya Padjadjaran

Aliyudin, Dasar- Dasar Ilmu Dakwah, 2099, Jakarta : Widya Padjadjaran

Amin.Samsul Munir, Ilmu dakwah, 2009, Jakarta: Sinar Grafika Offset

Aripudin Acep, Dakwah Antarbudaya,2012, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ahmad amin, ilmu dakwah. Jakarta:1994. Hlm.13-20

H. Munzier Suparta, metode dakwah.(Bandung:CV.Pustaka Islamiyah 2008) hlm.143

Harun Ali Aziz, metode dakwah.hlm.65

Drs. Samsul Munir, M.A. Ilmu Dakwah. Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2009

 

A.Hsjmy Dustur Dakwah Menurut Al-quran, ibid hal. 4

 

Asmuni syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Al-iklas, Surabaya, hal. 198

Drs. Abd. Rosyad Shaleh. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1977

Drs Agus Wahyu Triatmo, Mag, dkk, Dakwah Islam Antara Normatif dan Kontektual, Semarang: Fakda IAIN Walisongo, 2001

Prof. Dr. H.M. Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006

 

 

Komentar